SatuNet.co – Berdasarkan laporan indeks limbah makanan dari United Nations Environment Programme (UNEP) tahun 2021, limbah rumah tangga merupakan penyumbang terbesar, yakni 569 ton per tahun 2019, diikuti dengan layanan makanan dan jasa lainnya.
Indonesia menjadi negara dengan sampah makanan terbesar ke-2 di dunia. Dari beberapa penelitian yang dilakukan, terungkap bahwa lebih dari 60 persen sampah tersebut “disumbangkan” oleh Surabaya dan Bogor dan berasal dari makanan.
Oleh sebab itu, pemborosan makanan menjadi isu mendesak yang harus ditangani.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang food wasting, Universitas Indonesia (UI) melalui Dewan Guru Besar (DGB) mengadakan webinar bertajuk “Pangan untuk Semua: Menggugah Kesadaran terhadap Food Waste di Indonesia”, pada Rabu (29/11).
Kegiatan ini bertujuan untuk memberi edukasi tentang fenomena food wasting yang saat ini banyak dilakukan oleh masyarakat.
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Prof. Bambang Wispriyono dalam keterangannya, Minggu mengatakan food waste terbagi menjadi tiga, yakni not avoidable waste (tidak dapat dihindari dari rantai konsumsi).
Selain itu facultative avoidable waste (terjadi karena kebiasaan konsumen yang berbeda), serta avoidable waste (bisa dihindari melalui pengolahan food waste, seperti program komposisasi, dan sebagainya).
Guru Besar Fakultas Teknik UI, Prof. Paramita Atmodiwirjo menyebutkan beberapa langkah yang dapat diterapkan. Ia mengutip penjelasan The Urban Food System Approach tentang bagaimana makanan melewati tahap panjang, mulai dari produksi, distribusi, konsumsi, hingga sisa makanan dibuang.
“Food waste dapat dicegah jika konsumen mempertimbangkan beberapa hal sebelum membelinya, seperti berapa lama makanan dapat disimpan, berapa porsi makanan yang dibutuhkan, serta apakah kemasan dapat didaur ulang. Selain itu, konsumen harus memanajemen penyimpanan makanan agar tidak menjadi limbah,” katanya.
Dosen Fakultas Psikologi UI, Dr. Ratna Djuwita, Psikolog mengatakan food waste merupakan akibat dari perilaku manusia, sehingga masuk dalam ruang lingkup psikologi lingkungan.
Perilaku food waste berpotensi membuat sisa makanan menjadi tumpukan sampah atau limbah makanan. Berdasarkan Theory of Planned Behavior, jika ingin mengubah perilaku food waste, dapat dilihat dari intensi atau niat untuk menguranginya.
Hal tersebut didorong oleh adanya sikap terhadap intensi, norma diri atau harapan sosial, serta persepsi terhadap kemampuan mencegah food waste.
Menurut dia terdapat berbagai kegiatan yang dapat dilakukan untuk menjaga keberlanjutan pencegahan food waste, seperti sosialisasi, serta pengaturan kebijakan dengan menyediakan mini food bank, yakni kegiatan mengumpulkan dan mendistribusikan makanan untuk mencegah kesenjangan pangan.
“Upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi limbah makanan terutama yang dihasilkan di lingkungan kampus,” ujar Dr. Ratna.
Sedangkan Founder Food Bank of Indonesia, Muhammad Hendro Utomo, MBA menyatakan kemubaziran pangan dapat mendorong kehidupan manusia menjadi lebih lestari dan adil. Organisasi Bank Pangan yang dipimpinnya menjadi salah satu elemen sosial yang mendukung sistem pangan berkelanjutan.