SatuNet.co,Depok – Gejala politik ini terasa semakin mengukuhkan kebenaran klaim dan realisme politik.Wajar saja dalam berpolitik berbeda pandangan atau pilihan mendukung untuk memenangkan salah satu paslon.
Ini berlaku di dunia politik di Gedunhg DPRD Kota Depok Depok ,antara pendukung Nomer satu (Imam-Ririn),Ade Firmansyah (PKS) bersama Imam Musanto (PKS),dan Babay Suhaemi dari (PKB) pendukung paslon nomer dua (Supian-Chandra).
Sahabat seperti ini yang di cari seorang politisi,walaupun beda pilihan sahabat tetap sahabat. “Sahabat tidak ada bekasnya ,kalau istri masih ada bekasnya”ucap Babay. ketika ditemui di Gedung DPRD Depok. Sama juga halnya seperti Ade Firmansyah berdua memang punya prinsip arti sahabat .
Seperti kita tau dunia politik ,” Tidak ada kawan dan lawan abadi di dalam politik, selain kepentingan”. Adalah utopis dan innocent untuk memiliki sahabat di dalam domain politik.
Untuk memahami kemungkinan persahabatan memainkan peran vital, kita perlu memulai dengan mengungkit makna dasariah persahabatan.
Sejak era Yunani klasik, Aristoteles sudah membedakan tiga tipe persahabatan berdasarkan objek atau motivasinya: kesenangan (pleasure), kegunaan (utility), dan kebaikan (good)
Ade Firmansyah menurut arti kawan dalam dunia politik mengatakan , soal kawan, soal pertemanan di era politik. Berapa banyak kawan yang akhirnya jadi lawan. Cuma gara-gara beda pilihan politik. itu sudah tidak zamannya lagi.
Merusak pertemanan gara-gara urusan politik yang sesaat, sungguh bukan hanya rugi. Tapi sangat disayangkan bila rusak hubungan berteman karena urusuan politik.tegas Adef.
Saya dan kawan saya ini memang beda. Belakangan pun beda pilihan politik, beda mazhab politik. Bahkan di usia tua sekarang pun jenggotnya beda, jenggot dia hitam panjang sedangkan jenggot saya putih pendek.
Tetapi setelah itu, berdamai dengan kondisi yang panas dalam debat adalah sebuah pilihan terbaik. Mirip seperti perkataan ”Berpolitik sementara, bersahabat selamanya”.
Maka kita tentu mendukung pemilu damai dan pemilu berjalan sekali putaran, agar sebentar lagi masuk bulan Ramadhan damai nantinya.
Beda halnya dengan istilah pertemanan dalam politik, karena justru kebalikannya. Dalam istilah pertemanan dalam politik, “tidak ada teman yang abadi”.
Masih kata Adef , Tersirat didalam ada sesuatu yang menyebabkan hubungan itu tidak bisa bertahan lama, itulah yang disebut dengan kepentingan. Kemudian ada lagi istilah, “lawan dari lawanmu adalah teman terbaikmu”.
Dalam hal ini, terlihat strategi dan taktik sekali yang dituntut, bagaimana mengubah lawan dari lawan kita menjadi teman kita.
Pada akhirnya, akan tampak bagaimana beda antara hubungan pertemanan dalam kehidupan sehari-hari dengan pertemenan dalam dunia politik.tutup Adef.