SatuNet.co,Depok – Sebuah perusahaan yang mengembangkan dan menyediakan platform data medis, dan Rumah Sakit Universitas Indonesia (selanjutnya disebut sebagai “RSUI”), sebuah rumah sakit pendidikan di Indonesia, telah memulai program kolaborasi percontohan menggunakan solusi yang berfokus pada unit perawatan intensif (ICU), “ICU Bridge,” yang akan dimulai pada bulan September 2024. Program kolaborasi ini bertujuan untuk meningkatkan operasi ICU dan mengevaluasi utilitas sistem.
Setelah berhasil menyelesaikan proyek percontohan, RSUI telah menerapkan ICU Bridge sebagai solusi untuk mengoptimalkan operasi ICU.
Mengatasi Tantangan Operasional ICU di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, rumah sakit swasta di Indonesia telah mengadopsi sistem informasi rumah sakit (HIS) secara bertahap, sehingga mengurangi operasi berbasis kertas.
Namun, rumah sakit umum dan departemen yang sangat terspesialisasi seperti ICU dan departemen gawat darurat belum menerapkan sistem departemen khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan unik mereka.
Di banyak ICU di institusi medis tingkat tinggi di Indonesia, catatan ICU masih dicatat di atas kertas setiap hari. Wawancara dengan dokter dan perawat mengungkapkan bahwa proses dokumentasi ini sangat membebani petugas kesehatan.
Dr Noor Hafidz Kepala ICU RSUI , juga mengatakan ,“Dokumentasi yang akurat dan pencatatan secara real-time merupakan bagian penting dari perawatan pasien di ICU”
Di Jepang, Sistem Informasi Perawatan Kritis (CCIS), yang mencakup fungsi manajemen ICU dalam rekam medis elektronik (EMR), telah diadopsi secara luas di ICU. Namun, ICU sering kali memerlukan integrasi dengan berbagai perangkat medis, seperti monitor tanda vital dan ventilator. Biaya yang terkait dengan integrasi data tersebut biasanya menyebabkan rumah sakit di Indonesia tidak menerapkan CCIS.
Jembatan ICU: Solusi Hemat Biaya Berbasis AI, “ICU Bridge” dari TXP Medical memanfaatkan teknologi pengenalan karakter optik (AI-OCR) yang didukung AI pada aplikasi telepon pintar. Dengan mengambil foto monitor tanda vital, tampilan perangkat medis, dan hasil uji lab, sistem secara otomatis mencerminkan data pada ICU Bridge. Hal ini memungkinkan manajemen terpusat dan akses mudah ke data pasien yang penting untuk perawatan ICU.
Pengujian akurasi AI-OCR dengan berbagai monitor perangkat medis telah menunjukkan tingkat presisi yang melebihi 95%. Sistem ini secara signifikan mengurangi beban kerja perawat, yang secara tradisional mencatat data pasien secara manual, sekaligus meminimalkan risiko kesalahan manusia.
Dalam program kolaborasi percontohan yang dilakukan di RSUI, dokter dan perawat yang memberikan masukan dengan menggunakan AI-OCR untuk mencatat tanda-tanda vital menunjukkan pengurangan waktu hingga 55% dibandingkan dengan pencatatan manual menggunakan kertas.
Penghematan waktu ini diharapkan dapat meringankan beban kerja tenaga kesehatan secara signifikan. Selain itu, karena ICU Bridge tidak menimbulkan biaya integrasi data, harganya yang terjangkau menjadikannya solusi yang layak untuk ICU di seluruh dunia, termasuk di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
RSUI menambah kapasitas ICU dari 15 menjadi 36 tempat tidur pada Februari 2024 dan berencana menambah kapasitas hingga 100 tempat tidur. Namun, penambahan ini juga disertai tantangan yang signifikan: penambahan staf medis secara proporsional akan membebani operasional rumah sakit secara finansial.
Selain itu, ketergantungan berkelanjutan pada catatan grafik ICU yang ditulis tangan tetap menjadi faktor signifikan yang berkontribusi terhadap beban kerja dokter dan perawat. Seiring dengan meningkatnya jumlah tempat tidur, penyederhanaan operasi pencatatan telah menjadi prioritas yang mendesak.
Untuk mengatasi tantangan ini, RSUI telah memperkenalkan ICU Bridge, yang memanfaatkan teknologi AI-OCR dari TXP Medical. Solusi ini bertujuan untuk memaksimalkan efisiensi operasional sekaligus meminimalkan penambahan staf yang tidak perlu, sehingga mendukung perluasan ICU yang berkelanjutan.
Dr Rakhmad Hidayat direktur medis RSUI , berkomentar ,“Fitur inovatif dan hemat biaya dari ICU Bridge yang dirancang khusus untuk rumah sakit di Indonesia diharapkan dapat meringankan beban kerja staf medis. Kami yakin hal ini pada akhirnya akan berkontribusi pada peningkatan tingkat kelangsungan hidup pasien yang sakit kritis.”
Selain itu, ketergantungan berkelanjutan pada catatan grafik ICU yang ditulis tangan tetap menjadi faktor signifikan yang berkontribusi terhadap beban kerja dokter dan perawat. Seiring dengan meningkatnya jumlah tempat tidur, penyederhanaan operasi pencatatan telah menjadi prioritas yang mendesak.
Untuk mengatasi tantangan ini, RSUI telah memperkenalkan ICU Bridge, yang memanfaatkan teknologi AI-OCR dari TXP Medical. Solusi ini bertujuan untuk memaksimalkan efisiensi operasional sekaligus meminimalkan penambahan staf yang tidak perlu, sehingga mendukung perluasan ICU yang berkelanjutan.
TXP Medical membayangkan aplikasi masa depan ICU Bridge sebagai platform dukungan ICU jarak jauh, yang memungkinkan berbagi informasi secara real-time antara institusi medis. Hal ini dapat memfasilitasi perawatan ICU jarak jauh yang canggih, terutama di wilayah yang kurang terlayani.
Melalui solusinya, TXP Medical bertujuan untuk mempromosikan transformasi digital dalam perawatan akut di seluruh negara ASEAN dan sekitarnya, mengurangi beban operasional pada pekerja perawatan kesehatan dan meningkatkan hasil pasien.tutupnya.